Ketika dua orang berkomunikasi, maka tidak hanya kata-kata yang berperan. Menurut para pakar psikologi komunikasi, dalam sebuah proses komunikasi, kata-kata hanya berperan sekitar tujuh persen, sisanya ditunjukkan melalui nada dan suara sebanyak 38 persen dan bahasa tubuh sebanyak 55 persen.
Bahasa tubuh adalah bahasa yang ditunjukkan oleh gerakan tubuh seperti tatapan mata, ekspresi wajah dan sentuhan, yang terjadi secara spontan dalam upaya mengekspresikan perasaan dan keinginan tersembunyi di dalam hati.
Psikolog Tanti Diniyanti dari Parent Education Center dan Klinik Psikologi Rumah Sakit Ibu dan anak Kemang Medical Care, Jakarta, mengatakan, orang tua perlu sekali mengenali bahasa tubuh yang dilakukan anak saat berkomunikasi.  
Menurut Jane Chumbley dalam Kamus Perkembangan Bayi dan Batita,  bayi di bawah usia lima tahun mengungkapkan emosinya melalui bahasa tubuh sekitar 80 persen, sedangkan lewat kata hanya diekspresikan kurang dari 10%. Hal itu karena bayi belum banyak kosakata dan belum mengetahui nama-nama emosi.

Saat berkomunikasi dengan bayi, orang tua perlu melakukan pengamatan terhadap :
Pertama, Kepala dan wajah, tangan dan kaki, gerakan mata menatap atau menghindar, nafas santai atau tersengal pendek pendek atau panjang perlahan;
Kedua, Perubahan mimik dan ekspresi wajah, intonasi suara apa keras, pelan, nyaring, atau berteriak;
Ketiga, Gerakan tangan dan kaki;
Keempat, Arah dan posisi tubuh ruang gerak antara anak dengan orang tua, apakah mendekat atau menjauh.

Tanti menyebutkan, banyak manfaat bagi orang tua dengan mengamati bahasa tubuh anaknya, diantaranya :
Satu, Orang tua dapat paham pikiran dan perasaan anaknya sehingga terjalin hubungan yang semakin dekat;
Dua, Anak merasa dirinya diterima dan dipahami sehingga  kepercayaan dirinya tumbuh. Yanuar Jatnika
@SahabatKeluarga